Salah satu persoalan rumit yang hingga saat ini masih saja banyak ditemukan dikalangnya mahasiswa adalah ketidakpiawaian seorang mahasiswa dalam mengatur waktu. Ini merupakan persoalan sepele namun rumit bagi seorang mahasiswa. Tidak semua mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan yang melilit diri mereka sendiri.
Persoalan “membagi waktu” meskipun bukan merupakan persoalan besar, namun jika tidak melatih diri sejak dini akan berakibat fatal. Imbasnya adalah “ketidak profesionalkan” membagi hal atau kegiatan sehari-hari yang sedang digelutinya. Selain itu, ketidak profesionalkan membagi waktu juga berakibat pada hasil yang setengah-setengah, bahkan mungkin tidak mendapatkan kedua-duanya kecuali hanya sebuah kerugian dan penyesalan.
Melihat lika-liku kehidupan para mahasiswa di kampus, ada beberapa tipe mahasiswa yang mungkin saja salah satu dari tipe ini ada yang disandang oleh kawan-kawan mahasiswa, yakni;
Mahasiswa yang masuk dalam tipe akademis adalah mahasiswa yang mengutamakan kegiatan perkuliahan dari pada kegiatan-kegiatan lain. Mereka mengikuti perkuliahan dengan aktif, catatan full, IP (Indek Prestasi) selalu di atas 3,50 (Cumlaude), dan selalu menghayati setiap perkuliahan yang diikutinya. Katakanlah mahasiswa yang dalam kategori ini adalah “ideal” dalam urusan perkuliahan. Namun sayangnya terkadang mereka mempunyai beberapa kelemahan, misalnya; (1) mereka beranggapan bahwa kuliah hanya di kelas saja sudah cukup baginya, tidak ada niatan lain baginya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan lain di luar perkuliahan. (2) tidak ada niat untuk mengikuti organisasi kampus maupun kemasyarakatan. Bagi mereka, organisasi hanya menyita waktu dan menghancurkan karir perkuliahan, parahnya lagi mereka beranggapan bahwa organisasi biasa membuat nilai perkuliahan anjlok. (3) selalu beranggapan bahwa organisasi, kerja dan yang lainnya membuat seorang mahasiswa jatuh terperosok hingga akhirnya mereka melalaikan perkuliahan. Kesan tersebut selalu membuat mereka takut dan cemas bila hal tersebut juga menimpa dirinya.
Para mahasiswa yang nyambi bekerja tidaklah sedikit. Ada yang bekerja saat masih single, ada juga yang bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi seorang mahasiswa, karena mereka harus bisa membagi waktu dengan baik supaya kesibukannya bekerja tidak sampai mengganggu aktivitas kuliahnya. Namun kebanyakan di antara mereka sulit untuk melakukan hal ini. Saat ada waktu luang dan saat itu juga ada jadwal kuliah, ternyata masih ada kendala lain yang menahannya yakni “malas, capek, ngantuk atau yang lain”. Bahkan ada juga di antara mereka yang saking ngebetnya bekerja, akhirnya tugas akhir (skripsi) yang sudah sedemikian lama terbengkalai. Beberapa di antara mereka beranggapan bahwa kuliah sambil bekerja bisa meringankan beban orang tua, selain itu kuliah sambil bekerja bagi mereka juga mempunyai nilai plus tersendiri yakni mereka merasa sudah mendapatkan banyak pengalaman dan ada juga yang bisa sambil menabung. Namun ironisnya tidak sedikit di antara mereka yang akhirnya meninggalkan bangku perkuliahan karena menumpuknya pekerjaan ataupun tuntutan pekerjaan. Dan yang paling parah adalah mereka mendapatkan titel mahasiswa abadi ataupun DO (drop out).
Organisasi kampus atau kemasyarakatan lainnya memang sangat menyenangkan. Banyak sekali faidah yang bisa didapat dari organisasi. Selain menambah wawasan, organisasi juga menambah kepiawaian dalam mengatur seseorang, menemukan talenta yang ada di dalam diri, menambah pergaulan yang sempit, bahkan ada satu lagi yang diimpi-impikan dalam organisasi yakni mendapatkan calon pendamping “baik itu pacar maupun sebagai istri atau suami”. Namun tipe ini pun ada kelemahannya, terutama bagi mereka yang kurang bisa mengatur waktu. Ketidak seimbangan dalam mengatur waktu dapat menyebabkan salah satu hal penting yakni kuliah biasanya akan terbengkalai. Biasanya mereka lebih menghargai organisasi dari pada seorang dosen. Ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya organisatoris yang ogah-ogahan ke kampus untuk mengikuti perkuliahan. Seandainya mereka mengikuti perkuliahan pun, mereka malas untuk mencatat materi yang disampaikan oleh dosen, bahkan ada juga yang hanya menumpang tidur di kelas. Bagi mereka belajar dan membaca buku-buku referensi perkuliahan adalah hal yang menjemukan.
Tipe yang terakhir ini merupakan tipe yang cukup sulit, tidak semua mahasiswa mampu untuk mencapainya. Tipe ini adalah tipe yang terkadang membuat mahasiswa “ngiler” membayangkan dan kapan mereka bisa seperti itu. Mereka yang masuk dalam tipe ideal mahasiswa kampus adalah seorang mahasiswa yang mampu menata, melatih, dan mensupport diri sendiri serta mampu mengatur untuk aktif dalam berbagai bidang, baik masalah perkuliahan maupun masalah non perkuliahan. Ada beberapa syarat agar masuk sebagi mahasiswa kampus yang ideal dalam berbagai bidang, yakni; (1) dalam perkuliahan, mereka adalah seorang mahasiswa yang aktif, smart, rajin dan selalu mendapat IP di atas 3,01. Dia selalu mengutamakan kewajibannya dari pada kegiatan-kegiatan lain. (2) memiliki daya intelektual yang tinggi serta wawasan yang luas, sering menulis karya ilmiah, aktif mengikuti seminar-seminar. (3) dalam berdiskusi, mereka termasuk mahasiswa yang vokal, lebih banyak berbicara demi kemajuan diri daripada menjadi pendengar setia. (4) aktif dalam berbagai organisasi, baik itu organisasi kampus maupun non kampus namun mereka tidak meninggalkan bangku perkuliahan. Bahkan mereka dapat mendapatkan IP melebihi mahasiswa yang bertipe akademis. (5) meski secara dzahir sibuk, namun mereka masih sempat untuk bekerja.
Tidak semua mahasiswa bisa menjadi diri yang ideal, terkadang mereka sangat ahli dalam perkuliahan tetapi dalam bidang organisasi tidak pernah menyentuh sama sekali sehingga ketika mereka terjun di tengah masyarakat, mereka pun kedodoran, bingung dan kaget menghadapinya. Akhirnya mereka akan menjadi seorang lulusan Perguruan Tinggi yang pandai berteori namun tidak dalam prakteknya. Terkadang juga sebaliknya, mereka sangat ahli dalam bidang organisasi namun ketika ditanya aktivitas perkuliahan mereka hanya tersenyum kecil disertai perkataan lirih “jarang ikut kuliah”. Demikian pula bagi mereka yang ahli dalam hal pekerjaan, banyak di antara mereka yang tidak mengikuti perkuliahan dengan alasan sibuk atau yang lainnya. Organisasi apa lagi sedikitpun tidak masuk dalam benak pikirannya. Yang ada dalam dirinya adalah “bagaimana saya bisa sukses berkerja” , bagi mereka kuliah hanyalah sampingan saja dan misal pun harus selesai hingga 14 semester itu tidak jadi permasalahan asalkan mereka bisa sukses dalam pekerjaan.
Kalau sudah mau lulus tapi IPK nya kurang dari 3 karena kura pro aktif termasuk yang mana pak?