“akhir-akhir ini ko kamu jarang kuliah bro?!” iya nih lagi ngga mood, malas, habis kuliah itu membosankan!”. Sepenggal dialog antar mahasiswa yang mempertanyakan sebab musabab perihal ketidak hadirannya di perkuliahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Ini merupakan jawaban yang singkat, jujur, lugas dan mengena yang sering dialami oleh banyak mahasiswa di kampus.
Bagi mereka yang kurang sreg dengan bangku perkuliahan, mereka menganggap bahwa kuliah itu sangat membosankan. Bagaimana tidak, sekedar duduk manis dan mendengarkan ragam bicara seorang dosen dalam waktu yang cukup lama, menurutnya tidak ada yang istimewa dari hal tersebut. Namun bagi mahasiswa yang beraliran akademis, mereka menganggap kuliah harus diutamakan. Karena dalam pandangan hidupnya, kuliah adalah ladang mencari ilmu untuk mencapai keberhasilan di masa yang akan datang. Maka tidak heran bagi mahasiswa akademis terlihat begitu aktif mengikuti setiap perkuliahan.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan seorang mahasiswa malas dalam kuliah, di antaranya;
Pertama, tidak senang terhadap dosen mata kuliah. Seorang mahasiswa akan dengan santainya mengatakan ”betapa membosankan diajar oleh dosen A” bagaimana tidak, cara mengajar beliau sangat monoton, ceramah dan menulis seperti anak SD, tidak ada kreatif, dan yang paling parah adalah susahnya mendapatkan nilai A. Pernyataan tersebut sebagai pelampiasan ketidaksukaan mahasiswa terhadap dosen. Seorang dosen yang masuk dalam kriteria di atas sangat memungkinkan membuat mahasiswa malas kuliah, sehingga mahasiswa memilih mencari aktivitas lain daripada harus mengikuti perkuliahan.
Kedua, jurusan yang diambil tidak sesuai. Tidak jarang mahasiswa yang salah dalam mengambil jurusan. Dan tidak sedikit pula mahasiswa yang mengambil jurusan bukan karena keinginannya. Dengan kata lain, dia mengambil jurusan karena unsur paksaan. Akibat dari keterpaksaan tersebut, rasa malas kuliah muncul dan begitu kuat menguasai dirinya.
Ketiga, lebih merasakan kenikmatan berorganisasi atau aktivitas yang lain. Bagi mahasiswa yang telah terpesona kenikmatan berorganisasi, mereka akan memilih organisasi daripada kuliah. Karena demikian semangatnya dalam berorganisasi, mereka lupa mengurusi diri sendiri, hingga kuliahpun dirasa sangat berat. Hal yang sama juga dialami oleh mahasiswa yang bekerja. Bagi mereka yang nyambi kerja, tentunya mereka dihadapkan pada dua pilihan yang menurutnya sama-sama penting, apalagi bagi mereka yang tidak bisa membagi waktu. Bekerja tentu saja lebih menjanjikan daripada sekedar kuliah. Oleh karena itu, tidak heran bagi mereka yang nyambi kerja lebih banyak yang mengutamakan kerja daripada kuliah.
Keempat, ketertarikan terhadap sebuah kebebasan. Seorang mahasiswa yang tidak mau terikat oleh sesuatu apapun bentuknya, meskipun dia tau kuliah adalah kewajiban utamanya. Namun, ini merupakan suatu kesempatan yang tidak boleh disia-siakan, hidup tanpa pengawasan orang tua dan begitu mudah meminta uang dengan alasan perkuliahan? Dia merasa bebas untuk menentukan jalan hidupnya sendiri tanpa harus ada campur tangan dari pihak ketiga.
Salah satu akibat buruk dari “malas kuliah” adalah IP (Indek Prestasi) turun drastis. Itu merupakan resiko yang harus dipetik oleh seorang mahasiswa yang malas kuliah. Selain itu, malas juga bisa menyebabkan seseorang ketagihan atau kecanduan. Pertama mungkin hanya sekedar mencoba, tetapi semakin dirasakan semakin membawa kenikmatan tersendiri dan pada akhirnya dia akan mencobanya lagi dan terus mencoba hingga perasaan malas itu membelenggu dirinya.
Adapun beberapa solusi/obat yang bisa ditawarkan kepada mereka yang para penderita penyakit “malas” sebagai penawar ataupun pencegah dari penyakit “malas” adalah;
Sebelum terlambat, sebelum penyesalan datang bertubi-tubi, segeralah bangkit dari rasa malas yang telah membelenggu nafsu kalian. Teruslah melangkah, jangan menoleh ke belakang, karena kesuksesan berada di depan kalian, bukan di belakang kalian!. Yakinlah kita semua bisa melawan rasa malas. DON’T BE LAZY!! .
hal lain yang perpengaruh pada kemalasan mahasiswa juga terkait kehidupan di lingkungan keluarga yang kurang harmonis, diantaranya yakni;
1. orang tua buta akan dunia perkuliahan sehingga terkadang orang tua tidak bisa memahami kondisi dan permasalahan perkuliahan, yang penting sudah bayar dan cepat lulus serta dapat kerjaan.
2. problem ekonomi
3. tidak ada keterbukaan dilingkungan keluarga.
4. dll
5