Selasa, 26 Nov 2024
  • INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) K.H. SUFYAN TSAURI MAJENANG

PERILAKU “GALAU” PADA ANAK WARISAN BUDAYA BANGSA

pendidikan anakMembahas mengenai anak selalu menyenangkan dan sarat dengan hal-hal lucu yang menggemaskan. Anak sebagai karunia dari sang pencipta menjadi idaman bagi semua pasangan suami istri di dunia. Kepercayaan yang diberikan dalam mengurus anak membuat para orang tua harusnya sadar apa hakikat anak, kebutuhan yang harus dipenuhi untuk anak, rencana untuk masa depannya, dan lain sebagainya. Semua itu bisa diketahui dengan terlebih dahulu mempelajari pengertian anak. Mengetahui definisi dari istilah anak akan membuat orang tua memahami hakikat dari hadirnya anak, lalu akan merambah ke cara merawat, mendidik, dan membesarkannya.

Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional. Anak adalah asset bangsa.Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang. Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa.Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang, kita harus sepakat dengan itu.

Anak memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut maka memahami karakteristik anak menjadi mutlak adanya bila ingin memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal.Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama. bahkan tidak dapat terhapuskan, walaupun bisa hanya tertutupi. Bila suatu saat ada stimulasi yang memancing pengalaman hidup yang pernah dialami maka efek tersebut akan muncul kembali walau dalam bentuk yang berbeda.

Warisan budaya terhadap anak-anak tidak luput bagaimana orang tua mengajarkan hal-hal terkecil dari seluruh aspek kehidupan si anak. Salah satu budaya yang di teruskan terhadap proses perkembangan anak salah satunya pintu masuknya adalah dengan mengajarkan syair lagu kepada anak. Pada masa anak-anak biasanya pengenalan awal terhadap awal proses pendidikan melalui pengajaran lagu anak-anak. Karena karakteristik anak yang periang dan suka berekspresi menjadikan lagu anak-anak mudah di ingat dan mudah dihafalkan oleh anak.Lagu anak-anak adalah lagu yang dirancang sedemikian rupa, baik lirik maupun melodinya sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Melodi lagu anak umumnya bertempo sedang dan kaya pengulangan. Sementara liriknya disusun dengan bahasa yang sederhana, mudah diucapkan, dan kaya pengulangan. Sesuai kebutuhan anak untuk bermain, lagu untuk anak harus dapat digunakan untuk mengiringi anak bermain. Kalau kita kembali ke masa lalu dan bernostalgia dengan lagu anak-anak, tentunya kita pernah mendengar lagu balonku. Lirik dari lagu balonku ini secara tidak langsung mengajarkan kepada anak untuk galau, kenapa demikian? Coba kita fahami sekilas liriknya “ balonku ada lima rupa-rupa warnanya, merah kuning kelabu, merah muda dan biru, meletus balon hijau doorrrr hatiku sanggat KACAU….. “. Dari patahan lagu tersebut kenapa kita tidak mengantinya dengan lirik yang lain, seperti ““ balonku ada lima rupa-rupa warnanya, merah kuning kelabu, merah muda dan biru, meletus balon hijau doorrrr hatiku sanggat BAHAGIA….., dari sekilas lirik tersebut secara tidak langsung mengajari anak untuk galau. Dan lagu ini sampai nanti 100 tahun kedepan belum tentu liriknya dirubah, itulah bukti dari perilaku masyarakat kita yang secara tidak sadar mengajarkan galau kepada anak mulai sejak usia dini. Jangan saling menyalahkan ketika anak mulai beranjak dewasa banyak yang galau dengan dirinya sendiri dan tidak tahu arah tujuan hidup.
Secara tidak sadar kita telah terjebak pada suatu keadaan atau situasi yang memprihatinkan. Mengapa demikian? dikarenakan penanaman karakter pada anak tidak ditanamkan secara benar, dan tidak secara serius. Ada beberapa faktor yang penyebabnya, diantaranya keterbatasan pengetahuan orang tua tentang pola pengasuhan anak, lingkungan sekitar yang tidak mendukung, dan pola sosial masyarakat yang keliru dan dibiarkan tetap berlanjut.

Disinilah perlunya orang tua faham betul akan efek dari tidak maksimalnya dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada anak. Efek yang terjadi dalam jangka panjang, anak tidak memiliki jati diri, bahkan tidak mengenali dirinya sendiri, sehinga mudah untuk terjerumus ke perbuatan yang cenderung negative seperti pergaulan bebas dan obat-obatan terlarang yang itu sebagai wujud dari hasil yang terbentuk dari ke tidak benaran dalam menanamkan nilai-nilai moral kedapa anak yang salah satunya adalah akibat dari warisan budaya yang keliru.

Oleh: Tri Mulat, M.Pd.I.

Komentar

Post Terkait

0 Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

KELUAR
close