Malahayu – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata KKN angkatan V STAI Sufyan Tsauri Majenang bekerja sama dengan masyarakat Dukuh cawiri Desa malahayu malaksanakan kegiatan tradisi saweran. (Rabu, 9 Des 2015).
Kepala desa Malahayu Nur Tomrodji menjelaskan, Tradisi saweran adalah salah satu bentuk rutinan yang dilakukan oleh masyarakat setempat sebagai bentuk syukur masyarakat desa setempat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena masyarakat masih diberikan kekuatan, kesehatan dan rizqi.
“Tradisi saweran merupakan salah satu bentuk syukur kepada Sang maha kuasa dan bentuk kebersamaan yang masih di jaga ke arifannya oleh warga sekitar”. Jelas Nur Tomrodji.
Tradisi saweran di dukuh cawiri di lakukan dimana ada seseorang warga yang memiliki, membuat atau membeli sesuatu. Salah satu adat saweran yang sering dilakukan adalah ketika seorang warga membuat sebuah rumah baru. Adapun waktu yang tepat untuk melakukan saweran di tentukan oleh ketua adat setempat.
Sedangka untuk prosesi saweran membangun rumah adalah memandikan kayu usuk (biasa disebut enok). Sebelum di mandikan enok tersebut di balut dengan sehelai kain berwarna merah, putih dan hitam yang disebut dengan oto. Dalam prosesi tersebut enok tidak boleh di langkahi oleh siapapun, karena akan mempengaruhi kesakralan dari prosesi tersebut. Selanjutnya setelah semuanya selesai usuk satu persatu dinaikan kebagian atap rumah.
Kenapa itu